Jakarta - Presiden Joko
Widodo (Jokowi) nampaknya geram dengan rencana proyek pembangunan LRT
yang tak kunjung rampung dan terus dibahas.
Memimpin rapat terbatas (ratas) mengenai LRT dan Asian Games 2018,
Presiden Jokowi dengan tegas menyatakan bahwa ratas ini harus menjadi
rapat terakhir. Sehingga, pembangunan LRT dan sarana transportasi
penunjang lainnya dapat segera dikerjakan di Jakarta, Bandung dan
Palembang.
"Ini sudah rapat yang kelima untuk LRT, jangan ada tambahan rapat
lagi. Harusnya sore hari ini sudah rampung semua. Kita ingin mempercepat
pembangunan LRT baik di Jakarta di jabodetabek, di Palembang, maupun
Bandung Raya. Biar ini bisa kita selesaikan semuanya," tegas Jokowi
membuka rapat di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/3).
Bahkan kepada kepala daerah yang hadir, Jokowi meminta agar antar
sarana transportasi yang akan dibangun tersebut dibuat terintegrasi.
Seperti, mulai dari MRT, LRT, bus trans, kereta api.
"Saya juga ingin agar semua terintegrasi ke airport (bandara). Lihat di Palembang, di sini pun nanti LRT-nya yang ke airport atau nanti kereta api atau kereta cepat ke airport.
Semua sudah harus dikalkulasi, dihitung, sehingga ini menjadi
alternatif bagi masyarakat untuk memakai moda transportasi yang
disenangi," katanya.
Jokowi mengatakan pembangunan alternatif moda transportasi ini sangat
mendesak karena berdasarkan data setidaknya Rp 35 triliun kerugian
diderita setiap tahunnya karena kemacetan. Dengan perincian Rp 28
triliun kerugian karena kemacetan di Jakarta dan Rp 7 triliun karena
kemacetan dari Bandung ke Jakarta. Momentum Asian Games Lebih lanjut Jokowi
mengharapkan momentum penyelenggaraan Asian Games pada tahun 2018
mendatang harus dijadikan dorongan untuk membangun alternatif moda
transportasi yang telah direncanakan.
"Percepatan ini juga harus dilakukan karena ada momentum Asian Games
2018 akan datang, supaya kita harapkan terutama LRT bisa selesai semua
dan masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan baik mengenai trasenya,
mangenai spesifikasi teknis LRT-nya, masalah biaya, dan sumber daya
penggeraknya, dan juga masalah perizinan berkaitan dengan tata ruang dan
persinggungan dengan flyover dan mungkin trase jalur LRT dan MRT kita harapkan semua terintegrasi," ungkapnya.
Seperti diketahui, Jokowi memimpin langsung ratas mengenai percepatan
pembangunan LRT dan persiapan Asian Games 2018, di kantor Presiden,
Jakarta, Selasa (29/3).
Dalam rapat dihadiri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (MenkumHAM)
Yasonna Laoly, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (MenPUPR)
Basuki Hadimuljono, Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahja Mulyana dan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/357272-jokowi-tegaskan-proyek-lrt-harus-segera-berjalan.html
Pembangunan LRT Jabodetabek Sepakat Pakai Tipe Rel Berstandar Gauge
24 Maret 2016
Proyek LRT. (ANTARA FOTO/Feny Selly)
Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersepakat tentang pelaksanaan
penggunaan tipe rel LRT yang dibangun di DKI Jakarta. Kesepakatan
tersebut tertuang dalam rapat koordinasi tentang perkembangan
pembangunan LRT DKI Jakarta, Jabodetabek, dan Palembang yang dipimpin
Menko Perekonomian Darmin Nasution.
Hadir dalam rapat kali ini Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan Askolani, serta perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, serta PT Kereta Api
Indonesia dan PT Adhi Karya.
Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan akan melaksanakan
pembangunan rel kereta api di luar DKI Jakarta, sedangkan pembangunan
rel LRT di dalam DKI Jakarta menggunakan standar internasional.
"DKI akan mengembangkan rel LRT yang standard gauge seperti
diajukan oleh Gubernur DKI Jakarta mengunakan APBD, Pemegang Anggaran
ada di Gubernur DKI," kata Darmin, di kantornya, Jalan Lapangan Banteng,
Jakarta Pusat, Kamis (24/3/2016).
Nantinya, Kementerian Perhubungan akan melaksanakan pembangunan rel LRT di luar DKI Jakarta dengan mengikuti spesifikasi rel standard gauge.
Pembiayaan jalur rel untuk diluar DKI Jakarta, antara lain
Cibubur-Cawang sepanjang kurang lebih 14,3 km, Cawang-Bekasi Timur
sepanjang 18,5 km, dengan menggunakan dana APBN.
Asal tahu saja, standar gauge merupakan rel yang banyak digunakan di dunia dengan lebar 1.435 mm, atau 4 kaki 8,5 inci.
JAKARTA - Pemerintah dan Pemprov DKI Jakarta akhirnya menemui kata sepakat terkait pembangunan Light Rail Transit (LRT).
Perdebatan antara Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan dan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengenai kualitas rel
akhirnya berujung dengan diputuskannya pembangunan LRT menggunakan rel
standar Internasional.
"DKI akan mengembangkan rel LRT yang
standard gauge atau rel ukuran standar internasional seperti yang
diajukan oleh Gubernur DKI Jakarta dengan menggunakan APBD. Pemegang
anggaran (PA) nya ada di Gubernur DKI Jakarta," jelas Menteri
Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta,
Kamis (24/3/2016).
Hal
ini telah diputuskan dalam rapat koordinasi tentang program
perkembangan pembangunan LRT DKI Jakarta, Jabodetabek dan Palembang yang
dihadiri oleh Menhub Ignasius Jonan, Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok), Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani.
Dia
menambahkan jalur terintegrasi yang menghubungkan LRT di DKI Jakarta
menurutnya lebih panjang daripada jalur LRT di luar Jakarta mengingat
kebutuhan akan transportasi di Jakarta lebih banyak.
"Akan lebih
panjang, mengingat kebutuhannya serta volume untuk pembangunan sarana
lebih besar dibangun di DKI Jakarta sehingga menggunakan rel standard
gauge," tandasnya.
Pembiayaan jalur rel LRT ini sendiri untuk di
luar DKI Jakarta antara lain Cibubur Cawang, sepanjang kurang lebih
14,3 kilometer (km), dan Cawang - Bekasi Timur sepanjang 18,5 km, akan
dibiayai oleh APBN.
sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/5b2EWp6N-pembangunan-lrt-jabodetabek-sepakat-pakai-tipe-rel-berstandar-gauge
Bangun LRT, Pemerintah Kucuri Anggaran Pakai Sistem Reimburse
03 Februari 2016 1
Proyek LRT. (FOTO: MI/ARYA MANGGALA)
Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah membagi proyek light rail transit (LRT)
Jabodetabek dalam dua skema pembangunan yakni untuk wilayah Jakarta
dikerjakan PT Jakarta Propertindo dan wilayah Bodetabek dikerjakan PT
Adhi Karya (Persero) Tbk.
Proyek ini seluruhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang ikut dalam rapat
koordinasi LRT bersama para menteri ekonomi mengatakan mekanisme
pembayaran pengerjaan proyek ini menggunakan sistem interst during construction (IDC) atau familiar dengan istilah reimburse.
Nantinya, baik Jakarta Propertindo maupun Adhi Karya bakal menggunakan
dana pribadinya terlebih dahulu untuk mengerjakan proyek transportasi
tersebut. Ketika pembangunannya sudah selesai, barulah Pemerintah
membayarnya.
"Jadi dikerjakan dulu, baru dibayar," kata Deddy, di Kemenko
Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2/2016).
Menurut Deddy, dari penjelasan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan,
pembayarannya bakal dilakukan per segmen, bukan dikalkulasi di akhir
hingga proyek 100 persen kelar dibangun.
"Jadi tidak semua dibangun dulu baru dibayar, enggak ada yang kuat nanti
itu kontraktor. Jadi per segmen dikerjakan baru bayar, per segmen
kerjakan baru bayar," ujar dia.
Ditemui ditempat yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN) atau Kepala Bappenas membenarkan skema pembayaran tersebut. Dia
bilang, skema ini sama saja seperti membeli produk pada umumnya.
"Enggak maslah, kita beli produknya. Karena kalau beli proyek itu kita
beli tangki proyeknya, tapi harus dinilai oleh BPKP sebelum dibayar,"
jelas Sofyan.
sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/4banZ1rk-bangun-lrt-pemerintah-kucuri-anggaran-pakai-sistem-reimburse
Jonan dan Ahok Sepakati Standar LRT DKI dan Jabodetabek
Kamis, 24/03/2016
Jakarta -Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan
dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akhirnya
menyepakati standar kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) yang dibangun
di Jabodetabek dan dalam kota Jakarta. Standar kualitas yang dipakai
sesuai ketentuan internasional, yakni standard gauge.
Demikianlah
hasil rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menko Perekonomian, Darmin
Nasution di kantornya, Jakarta, Kamis (24/3/2016). Selain Jonan dan
Ahok, hadir juga Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani, Dirjen
Kekayaan Negara Sony Loho, serta perwakilan dari PT KAI (Persero) dan PT
Adhi Karya Tbk (ADHI).
"DKI akan mengembangkan rel LRT yang standard gauge seperti diajukan oleh Gubernur DKI Jakarta menggunakan APBD, Pemegang Anggarannya ada di Gubernur DKI," ujar Darmin.
Jalur
Integrasi yang menghubungkan LRT di DKI Jakarta lebih panjang dari
jalur LRT di luar DKI Jakarta (Jabodetabek) serta sarana yang dibangun
nantinya juga lebih besar dari LRT Jabodetabek. Alhasil, pemerintah
memutuskan standar yang dipakai untuk kedua LRT.
Kesepakatan ini
akan diteruskan dengan perubahan Peraturan Pemerintah nomor 98 tahun
2015 tentang percepatan penyelenggaraan kereta ringan/LRT terintegrasi
di wilayah Jakarta, Bogor Depok dan Bekasi.
"Ada PP yang mesti direvisi sedikit," ujar Ahok pada kesempatan yang sama.
Ahok
mengharapkan perubahan regulasi tersebut tidak memakan waktu yang lama
sehingga proyek ini dapat dimulai pada April mendatang.
"Pokoknya tahun ini kalau bisa April groundbreaking, kalau nggak bisa ya Mei," terangnya.
Gandeng BUMN, LRT Jakarta Groundbreaking April Ini
Kamis, 24/03/2016
Jakarta -Moda transportasi berbasis kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) di Jakarta akan mulai dibangun atau groundbreaking pada April 2016 ini.
Untuk
pengembangan ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PT Jakarta
Propertindo atau Jakpro, akan menggandeng Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) konstruksi seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya
Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Hal ini disampaikan oleh
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Poernama atau Ahok usai rapat
koordinasi LRT di Kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng
Timur, Jakarta Pusat, Kamis (24/3/2016).
"Pokoknya tahun ini kalau bisa April groundbreaking, kalau nggak bisa ya Mei," ujar Ahok.
Pemprov DKI tidak perlu melakukan tender karena Jakpro sebagai BUMD akan menggandeng BUMN untuk melakukan Joint Operation (JO). Dengan skema ini, pekerjaan fisik bisa dipercepat.
"Nggak lelang lagi kan BUMD. Karena PP nya mengatur BUMN," ujarnya.
Untuk pengembangan LRT dalam kota Jakarta ini, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan anggaran Rp 4 triliun.
"Ya dia bisa joint atau apa, kami sudah siapkan Rp 4 triliun di Jakpro," tambahnya.
Untuk
kerja sama ini, Ahok menargetkan pembangunan fisik untuk fase I selesai
sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta.
"Bisa, tapi hanya fase 1 ya. Fase 1 ya itu untuk yang kuda, velodrome, yang basket bisa ditaruh itu," sebutnya.
Sedangkan, seluruh rute LRT Jakarta bisa tuntas di 2020.
"Kalau semua berjalan baik saya kira-kira 2020 bisa selesai semua," sebutnya.
Trem listrik berjaya di Jakarta sejak era
Batavia. Moda transportasi dengan jaringan rel melingkari Ibu Kota ini
memudahkan mobilitas warga. Pada masa Kepala Daerah Jakarta Raya R
Sudiro, yang saat itu setara gubernur, jelang tahun 1960, trem dihapus.
Kini, pemerintah berupaya mengembalikan kehadiran trem dalam versi
modern: light rail transit.
Trem listrik kuno Jakarta saat itu melintasi jalan raya, bercampur
kendaraan bermotor. Light rail transit (LRT) yang akan menghubungkan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi direncanakan melintasi
elevated track atau jalur layang khusus, meminimalkan pelintasan
sebidang.
Pembangunan juga memanfaatkan ruas sisi tol, mengoptimalkan lahan
pemerintah agar minim masalah pembebasan lahan. Pemerintah menargetkan
LRT siap tahun 2018, bertepatan perhelatan Asian Games.
"Keunggulan LRT itu fleksibel, bisa melintasi jalur darat mana pun,"
ujar Ketua Forum Teknologi dan Inovasi Perkeretaapian Taufik Hidayat
dari Bandung, Jawa Barat, Senin (14/9). Jalur LRT bisa dibuat sebidang
dengan jalan raya seperti masa trem Jakarta kuno, bisa jadi satu dengan
jalur kereta rel listrik (KRL) yang sudah beroperasi ataupun kereta
cepat massal (MRT) yang sedang dibangun, serta bisa dibuatkan jalur
khusus.
LRT dengan jalur khusus lebih menguntungkan karena bisa mengoptimalkan
kecepatan kereta. Jika menggunakan jalan raya, LRT hanya bisa berjalan
25-30 kilometer per jam agar aman di tengah kendaraan bermotor,
sedangkan jalur khusus bisa mencapai 70 km per jam.
Taufik menjelaskan, LRT tergolong kelompok kereta ringan karena
konstruksinya memang lebih kecil dan ringan dibandingkan kereta besar.
Bogie (penggerak kereta yang juga berisi poros dan ban) pada LRT
dirancang berukuran kecil. Itu membuat kebanyakan LRT di dunia berlantai
rendah, mirip jarak lantai mobil sedan dari tanah, sehingga
meningkatkan keamanan bagi pengguna saat akan naik serta lebih ramah
bagi kaum difabel. Di sisi lain, satu rangkaian LRT biasanya hanya
terdiri atas 2-3 gerbong, total panjang 28-30 meter.
Perbandingan
Kepala Bidang Teknologi Sarana Transportasi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) Setyo Margono Utomo menambahkan, kereta
terbagi dua kelompok: kereta ringan dan berat. LRT masuk kelompok kereta
ringan bersama kereta monorel. Di kelompok kereta berat ada KRL dan
MRT.
Jika panjang kereta ringan 2-3 gerbong, kereta berat bisa 8-12 gerbong
per rangkaian. Beban poros (axle) kereta ringan kurang dari 10 ton,
sedangkan pada kereta berat 14 ton. Konsumsi daya kereta ringan pun
lebih hemat dibandingkan kereta berat. "Suplai tenaga untuk kereta
ringan hanya 750 volt DC, sedangkan KRL dan MRT 1.500 volt DC," kata
Setyo.
Untuk kereta berat, lebar kereta 3 meter, sedangkan lebar kereta ringan
2,7 meter. Karena ringan, kereta ringan semacam LRT lebih andal
bermanuver di lintasan dengan belokan tajam lantaran memiliki radius
putar kecil, sekitar 25 meter. Radius putar kereta berat 150 meter.
Namun, itu semua membuat kapasitas maksimal penumpang pada kereta ringan
lebih sedikit. Setyo mengatakan, sistem kereta berat mampu mengangkut
40.000 penumpang per jam per arah, sedangkan kapasitas kereta ringan
setengahnya.
Meski demikian, itu bukan kelemahan kereta ringan, termasuk LRT. Menurut
Setyo, ini berarti pemerintah harus memahami kebutuhan jenis moda,
salah satunya jumlah penumpang pada setiap rute. LRT lebih baik
difungsikan moda pengumpan, bukan moda utamanya. "Dari Blok M menuju
Kota, misalnya, dibutuhkan moda transportasi yang mampu mengangkut
banyak orang semacam MRT, tidak cocok menggunakan LRT," tuturnya.
Beda utama LRT dengan monorel ada pada jumlah rel. Kereta monorel hanya
menggunakan satu rel. LRT, seperti kereta kebanyakan, pada dua rel.
Kebutuhan material untuk prasarana monorel lebih hemat sekitar 50 persen
dibandingkan kereta dengan dua rel. Namun, mutu material harus terjamin
bagus. Menurut Setyo, pembangunan jalur monorel setidaknya harus pakai
beton berkekuatan K-700, sedangkan beton buatan Indonesia umumnya K-500.
Selain itu, teknologi monorel lebih rumit. Pada akhirnya, besaran
investasi monorel dan LRT tak jauh berbeda.
Perkembangan Teknologi
Teknologi pada LRT terus berkembang, salah satunya pada pembangkit
listrik. Kini, ada teknologi rel ketiga sebagai pembangkit energi LRT.
Teknologi itu sebelumnya menggunakan kabel jala-jala melintang di atas
kereta, seperti pada KRL. Rel ketiga merupakan jalur logam di antara rel
lintasan roda- roda bogie. Teknologi itu aman bagi pejalan kaki karena
listrik bangkit untuk area di bawah kereta.
Perkembangan juga pada pengereman yang mendorong efisiensi energi.
Teknologi pengereman regeneratif itu membuat rem berfungsi pembangkit
listrik, serta mengembalikan energi listrik ke sistem.
Sementara itu, Taufik menyoroti pemilihan spesifikasi sarana dan
prasarana LRT. Jika pemerintah memilih kereta dengan lebar rel (track
gauge) 1,067 meter, keuntungannya bisa membuat LRT melintasi rel yang
sudah ada di Jakarta. Lebar rel untuk KRL dan MRT saat ini 1,067 meter.
Namun, Taufik mengingatkan, LRT di seluruh dunia saat ini lebih banyak
menggunakan lebar rel 1,435 meter. Jika pemerintah tetap membangun
menggunakan lebar rel 1,067 meter, pemerintah kesulitan memperoleh suku
cadang.
sumber : http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1785912&page=53
Inilah Tarif yang Harus Dikeluarkan Warga Jakarta Jika Naik LRT
Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail Transit
adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan
perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu
lintas lain atau dalam lintasan khusus, disebut juga tram.
Kereta api ringan banyak digunakan
diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi, antara lain
dengan otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa
beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar
30 cm) yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun penumpang.
Pemerintah berencana memulai pembangunan alat transportasi Light Rail Transit (LRT) mulai 17 Agustus 2015. Pada pengerjaan tahap awal, akan dibangun untuk rute Bogor-Cawang-Dukuh Atas.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Kiswodharmawan mengungkapkan
nantinya tarif yang dikenakan kepada masyarakat sebesar Rp 1.000 per
kilometer (km).
“Berarti kalau dari Cibubur – Cawang – Dukuh Atas kurang lebih 30 km ya Rp 30.000,” kata Kiswo seperti yang dikutip dari laman Setkab, Kamis (21/5/2015).
Dengan tarif sebesar itu, bagi masyarakat sekitar Jakarta yang ingin
memanfaatkan LRT sebagai armada transportasi setiap harinya, di mana
hitungan satu bulan hari kerja sebanyak 22 hari, maka mereka harus
merogoh kocek kurang lebih Rp 1,3 juta per bulan.
Soal apakah harga tersebut sudah ekonomis, Kiswo mengingatkan jika
proyek pembangunan LRT ini adalah investasi biasa, jadi harus masuk
dalam bankable.
Sementara mengenai pendanaan, menurut Kiswo, sumbernya berasal dari
korporasi dan sebagian dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Adapun
pendanaan Adhi Karya sendiri 30 persen berasal dari dana internal
perusahaan, sedang 70 persen sisanya merupakan pinjaman.
Kiswo mengaku, PT Adhi Karya sampai sejauh ini belum membentuk
konsorsium untuk pembangunan LRT itu. Namun diharapkan segera terbit
payung hukum dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) untuk mulai
pembangunan LRT itu. Diharapkan Mei ini, Perpres dimaksud sudah keluar.
“Kita berharap ada Perpres penugasan setelah itu baru kita masuk technical aspect samafinancial aspect,” pungkas Kiswodarmawan.
Sementara, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki
Hadimoeljono menambahkan pembangunan jalur LRT itu tidak memerlukan
pembebasan lahan karena akan memakai jalur tol, dari Bogor – Cawang,
Cawang – Dukuh Atas, kemudian Bekasi – Cawang, Cawang – Dukuh Atas.
Basuki juga menegaskan, pembangunan LRT ini tidak menggunakan
konsorsium, namun ditugaskan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT
Adhi Karya (Persero), dan akan dilaksanakan hingga pembangunannya tuntas
atau dapat dioperasikan pada tahun 2018 mendatang.
sumber : http://cepamagz.com/inilah-tarif-yang-harus-dikeluarkan-warga-jakarta-jika-naik-lrt/
Jalan Tol Akses Tanjung Priok Terhubung dengan Kereta Pelabuhan
Kamis, 10/03/2016
Foto: Istimewa
Jakarta -Tak lama lagi, Pelabuhan Tanjung Priok
bakal dilengkapi dengan akses langsung yang terhubung dengan jaringan
Jalan Tol Lingkar Luar dan Dalam Kota Jakarta. Proses tranportasi dari
dan menuju pelabuhan bisa makin lancar.
Kepala Bidang Pelaksanaan
II Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Ditjen Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bambang Nurhadi
mengatakan, jalan tol ini akan terhubung langsung dengan fasilitas single gate alias gerbang tunggal Jakarta International Container Terminal (JICT).
"Jadi nanti nggak
ada lagi truk kontainer lewat gerbang 1, gerbang 3, gerbang 9.
Gerbangnya cuma satu, itu lewat akses tol yang kami bangun ini," kata
Bambang, Selasa lalu.
Dengan cara ini, manajemen lalu lintas
pelabuhan pun akan lebih mudah. Karena kontrol dan pengawasan hanya
perlu dilakukan di satu pintu saja.
"Tadinya kan banyak gerbang. Itu menyulitkan manajemen. Sekarang pengawasan keluar masuk lebih mudah," sambung dia.
Selain terhubung dengan fasilitas single gate pelabuhan, jalan tol ini juga berdampingan dengan fasilitas transfer kontainer dengan kereta pelabuhan.
Fasilitas
ini memungkinkan, kontainer yang diangkut menggunakan kereta kargo bisa
dipindahkan ke truk kontainer lalu masuk ke dalam pelabuhan melalui single gate yang sama.
"Jadi
jalan tol kita di atas (melayang), truk kontainer dari jalan tol bisa
langsung masuk pelabuhan. Di bawahnya, ada jalan yang terhubung dengan
kereta pelabuhan, jadi nanti kontainer dari kereta dipindahkan ke truk
kemudian masuk juga melalui single gate," papar dia.
Dengan
cara ini, manajemen tranportasi pelabuhan di Tanjung Priok akan semakin
baik dan bisa disetarakan dengan manajemen pelabuhan-pelabuhan besar di
berbagai negara maju seperti Singapura, Hong Kong, dan Australia.
"Nanti kita nggak kalah dengan Hong Kong dan Singapura," pungkas dia.
sumber : http://finance.detik.com/read/2016/03/10/080057/3161294/4/jalan-tol-akses-tanjung-priok-terhubung-dengan-kereta-pelabuhan?f990101mainnews
Tol Akses Tanjung Priok Siap Beroperasi 2017
Dana Aditiasari - detikfinance
Selasa, 15/03/2016 07:05 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta -Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan Tol Akses Tanjung Priok
selesai akhir tahun ini. Selanjutnya, tol mulai beroperasi pada 2017
nanti.
"Paling lambat 2017 harus sudah operasi," ujar Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Saat
ini pekerjaan masih menyisakan pembangunan Seksi E2 dengan rute
Cilincing-Jampea sepanjang 2,74 km. Pekerjaan seksi ini sempat tertunda
lantaran Kontraktor pembangunan Seksi E2 yakni Kajima Corporation
bersikeras membongkar tiang-tiang yang terindikasi retak dan membangun
kembali dengan kualitas yang lebih baik.
"Jadi nanti pengoperasian tol ini setelah seksi E2 selesai. Jadi sekalian dioperasikan secara bersamaan," kata Basuki.
Tol
Akses Tanjung Priok dibangun sepanjang 16,67 km. Tol ini merupakan
bagian dari sistem jaringan tol Jabodetabek dan terhubung ke tol
lingkar luar Jakarta.
Pembangunan Tol Akses Tanjung Priok terbagi dalam 5 paket, yaitu
Seksi East 1 (E1) dengan rute Rorotan-Cilincing sepanjang 3,4 km. Seksi
East 2 (E2) dengan rute Cilincing-Jampea sepanjang 2,74 km.
Seksi East 2-A (E2A) dengan rute Cilincing-Simpang Jampea
sepanjang 1,92 km. Seksi North-South Link (NS Link) dengan rute Yos
Sudarso-Simpang Jampea sepanjang 2,24 km.
Terakhir, seksi
North-South Direct Ramp (NS Direct) sepanjang 1,1 Km. Bila seluruh
pekerjaan ini selesai, diharapkan Tol Akses Tanjung Priok akan membantu
mengurangi masalah kelancaran arus barang dari dan menuju Pelabuhan
Tanjung Priok.
sumber : http://finance.detik.com/read/2016/03/15/070551/3164804/4/tol-akses-tanjung-priok-siap-beroperasi-2017?f9911023
KAI: LRT Jabodetabek Lebih Mudah Dengan Sepur Sempit
Yudi Supriyanto Senin, 07/03/2016 1
Ilustrasi light rapid transit (LRT)
Bisnis.com, JAKARTA—PT Kereta Api
Indonesia (KAI) menilai kereta ringan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi
(Light rail transit/LRT Jabodebek) akan lebih mudah menggunakan sepur
sempit 1067 milimeter (mm).
VP Public Relations PT KAI Agus
Komarudin menuturkan, saat ini seluruh jalur kereta api (KA) yang ada di
Pulau Jawa dan Sumatera menggunakan sepur sempit.
Oleh karena itu, akan lebih mudah dalam melakukan perawatan jika LRT Jabodebek menggunakan sepur sempit juga.
“Ini kan disesuaikan dengan kebutuhan mestinya,” kata Agus, Jakarta, Senin (7/3).
Dia
menambahkan, dengan menggunakan sepur sempit, LRT Jabodebek akan lebih
mudah apabila harus masuk depo atau terpaksa ditarik dengan lokomotif
yang ada saat ini. Selain mengenai perawatan, penggunaan sepur sempit
juga akan memudahkan dalam melakukan integrasi.
Adapun terkait
dengan kemungkinan produsen menentukan harga karena nantinya pesanan
sepur sempit akan khusus lantaran internasional sekarang menggunakan
sepur standar 1435 mm, Agus mengungkapkan tidak ada yang seperti itu.
Dia menuturkan, produsen mengikuti bagaimana keinginan konsumen. Menurutnya, tidak bisa konsumen mengikuti produsen.
Agus
mencontohkan, saat ini lokomotif yang dimiliki oleh PT KAI
berspesifikasi sepur sempit. Lokomotif tersebut dipesan dari
negara-negara yang menggunakan sepur standar internasional, salah
satunya adalah GE Transportation, Amerika Serikat.
Terkait
harga, dia meyakini, sepur standar yang lebih lebar akan lebih mahal
karena berat relnya yang berbeda. Dia mengatakan, dengan menggunakan
sepur 1435, maka tiap satu potong rel sepanjang 1 meter beratnya
mencapai 60 kilogram (Kg) atau R.60.
Sementara dengan menggunakan sepur sempit, tiap satu potong rel sepanjang 1 meter beratnya hanya 54 kg.
sumber : http://industri.bisnis.com/read/20160307/98/525968/kai-lrt-jabodetabek-lebih-mudah-dengan-sepur-sempit-
Selesai 100%, Ini Penampakan Pelabuhan Atas Laut 'New Tanjung Priok'
Selasa, 08/03/2016
Foto: Istimewa
Jakarta -Kerap dikritik karena molor dari
target, ternyata pengembangan fisik pelabuhan di atas laut bernama
Pelabuhan Kalibaru, atau New Priok Container Terminal 1 di Jakarta Utara
sudah rampung 100%.
New Priok Container Terminal (NPCT) 1 ini
memiliki lapangan terminal seluas 32 hektar, dan telah rampung 100%,
termasuk akses jalan untuk keluar masuk pelabuhan.
Pelabuhan ini dikembangkan oleh PT Pelindo II (Persero) dengan nilai investasi Rp 4,2 triliun.
"Untuk NPCT 1 sudah selesai 100%. Sekarang memasuki trial operation (uji coba)," kata Customer Service Manager PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia (PPI), Hambar Wiyadi, kepada detikFinance, Senin (7/3/2016).
PPI sendiri merupakan anak usaha Pelindo II yang diberi tugas membangun Pelabuhan New Tanjung Priok. Dari gambar yang diterima detikFinance,
terlihat Terminal 1 sudah dipenuhi alat-alat bongar muat seperti
Container Crane Super Post Panamax (20 unit), Rubber Tyre Gantry Crane,
Mobile Tractor (60 unit), Reach Stacker (1 unit), dan Handling Empty
Container Equipment.
Jalan akses antara New Priok Terminal 1
dengan jalan utama di luar pelabuhan juga telah tersambung. Dalam 1
lajur, terdapat 3 ruas. Artinya 3 truk kontainer bisa sejajar
berbarengan masuk dan keluar pelabuhan. Persoalan pasokan listrik juga
sudah diselesaikan.
"Yang jalur sementara kita bisa pakai akses bawah," jelasnya.
Di
saat bersamaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
sedang mengebut pembangunan Tol Akses Tanjung Priok yang bisa
menghubungkan New Priok dan Cikampek.
Tol ini ditargetkan bisa
rampung pada akhir 2016. Di lain pihak, Pelindo II juga menggandeng
investor untuk membangun Tol Cilincing-Cibitung sepanjang sepanjang 34,8
Kilometer.
"Jadinya ke depan New Priok akan tersambung 2 akses tol yakni ada Tol Cikampek dan Tol Cibitung-Cilincing," ujarnya.
Saat
ini, Terminal 1 memasuki tahap uji coba bongkar muat. Pada 28 Januari
2016 lalu telah dilakukan uji coba bongkar muat 50 kontainer. Tahap
berikutnya, akan dilakukan uji coba bongkar muat kedua. Untuk proses
ini, akan dilakukan koordinasi dengan Karantina, Imigrasi, Bea Cukai
(Customs) dan Otoritas Pelabuhan. Uji coba dilakukan karena pelabuhan
baru tidak bisa langsung dioperasikan secara komersial.
"Ini sekarang terminal nggak bisa langsung melayani. Perlu ada ujicoba," tambahnya.
Ada
juga proses uji coba pengoperasian kantor di area New Priok, kemudian
proses sinkronisasi IT untuk proses bongkar muat dan sertifikasi
peralatan.
Rencananya, New Priok Container Terminal 1 bakal beroperasi
perdana secara komersial pada awal Juli 2016. Bertindak sebagai operator
adalah PT New Priok Container Terminal One (NPCT One).
NPCT One
merupakan perusahaan patungan atau join venture internasional antara
anak usaha Pelindo II dengan Mitsui, NYK (Perusahaan Jepang), dan PSA
(Perusahaan Singapura). Saat beroperasi, New Priok Terminal 1 akan
beroperasi 24 jam dengan masa konsesi 25 tahun.
Terminal 1 New Priok memiliki kapasitas 1,5 juta TEUs.
Pengembangan New Priok akan terus berlanjut pada Terminal 2 dan Terminal
3 yang bakal dibangun di atas lahan reklamasi, berbeda dengan New Priok
Terminal 1 yang dibangun memakai konstruksi deck on piles. Skema ini
mirip dengan pembangunan tol atas laut Bali yang dibangun memakai tiang
pancang tanpa melakukan reklamasi atau pengurukan area pantai
sumber : http://finance.detik.com/read/2016/03/08/070745/3159716/4/selesai-100-ini-penampakan-pelabuhan-atas-laut-new-tanjung-priok
Dirancang Untuk 100 Tahun, Kedalaman Pelabuhan New Priok Setara Selat Malaka
Selasa, 08/03/2016B
Foto: Istimewa
Jakarta -Pelabuhan Kalibaru atau New Priok
Container Terminal (NPCT) 1 di Jakarta Utara akan beroperasi perdana
pada awal Juli 2016. Saat beroperasi, pelabuhan yang dibangun di atas
laut ini disiapkan untuk 100 tahun ke depan. Artinya New Priok siap
mengantisipasi pertumbuhan aktivitas pelabuhan hingga ukuran kapal
besar.
"NPCT 1 dirancang untuk 100 tahun ke depan," kata
Corporate Secretary and General Affair PT Pengembangan Pelabuhan
Indonesia (PPI), Hambar Wiyadi, kepada detikFinance, Senin (7/3/2016).
PPI
merupakan anak usaha PT Pelindo II (Persero) yang diberi tugas
membangun New Priok. Pengembangan New Priok tidak berhenti di Terminal 1
yang memiliki kapasitas 1,5 juta TEUs, PPI sedang dalam proses
melanjutkan pengembangan New Priok Terminal 2 dan Terminal 3, yang
masing-masing memiliki kapasitas sampai 1,5 juta TEUs.
Saat ini,
New Priok Terminal 1 akan disiapkan memiliki alur pelayaran dan
kedalaman kolam minus 16 meter, sekarang masih 14 meter. Proses
perizinan sedang diajukan ke regulator. Bila kedalaman kolam dan alur
menjadi 16 meter, kapal sekelas 15.000 TEUs sudah bisa bersandar di
dermaga.
Dengan kapal sekelas itu, lalu lintas ekspor dan impor
kontainer tidak perlu transit di pelabuhan negara tetangga untuk
berganti kapal.
Ternyata ke depan kedalaman alur dan kolam akan kembali diperdalam mencapai minus 20 meter.
"Kedalaman
minus 20 meter bisa antisipasi perkembangan evolusi ukuran kapal. Ini
setara dengan kedalaman Selat Malaka yang dalamnya 20 meter," sebutnya.
Jakarta -Jalan tol Akses Tanjung Priok terus
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Jalan tol yang masuk dalam
proyek strategis nasional ini semakin menunjukkan wujudnya.
Kepala
Bidang Pelaksanaan II Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Ditjen
Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
Bambang Nurhadi mengungkapkan, perkembangan terbaru adalah selesainya
pembangunan North South Direct Ramp (NS Direct) sepanjang 1,1 kilometer
(km).
Bagian ini menyambung dengan North South Link (NS Link) sepanjang 2,24 km yang pembangunannya telah selesai lebih dahulu.
Bagian
ini juga terhubung dengan Seksi E1 Jalan Tol Akses Tanjung Priok
sepanjang 3,4 km yang merupakan penghubung Tol Jakarta Outer Ring Road
(JORR) di wilayah Cilincing dan sudah beroperasi sejak April 2011.
Bagian lain yang juga baru saja rampung adalah Seksi E2A
sepanjang 1,92 km, dan baru saja diserahterimakan kepada pemerintah dari
kontraktor pelaksana pembangunan.
"Jadi sekarang truk angkut kontainer harusnya sudah bisa lewat
NS Direct terus ke NS Link masuk ke Seksi E2A terus langsung masuk ke
sistem single gate (gerbang tunggal) JICT (Jakarta International Container Terminal)," kata Bambang Selasa lalu.
Meski demikian, pembangunan jalan tol ini belum bisa dikatakan
rampung sepenuhnya. Karena, masih ada seksi E2 sepanjang 2,74 km yang
masih harus tertunda penyelesaiannya lantaran terkendala masalah
struktural pilar jalan layang, yang terindikasi retak saat dilakukan stressing alias penegangan struktur beton.
"Ada
3 tiang dari puluhan tiang yang saat dilakukan stressing ternyata
'melesak'. Kita tes beberapa lainya ternyata punya indikasi yang sama.
Kontraktornya memutuskan seluruh tiang di paket itu (Seksi E2) dibongkar
dan diganti baru," ujar Bambang.
Langkah ini membuat penyelesaian jalan tol ini bakal tertunda sampai 2017.
Jalan
Tol Akses Tanjung Priok ini memiliki total panjang 16,67 km, yang
merupakan bagian dari sistem jaringan jalan tol Jabodetabek dan
terhubung ke jalan tol lingkar luar Jakarta.
Pembangunannya
terbagi dalam 5 paket meliputi Seksi East 1 (E1) dengan rute
Rorotan-Cilincing sepanjang 3,4 km, lalu Seksi East 2 (E2) dengan rute
Cilincing-Jampea sepanjang 2,74 km, berikutnya Seksi East 2-A (E2A)
dengan rute Cilincing-Simpang Jampea sepanjang 1,92 km.
Ada pula
Seksi North-South Link (NS Link) dengan rute Yos Sudarso-Simpang Jampea
sepanjang 2,24 km, dan Seksi North-South Direct Ramp (NS Direct)
sepanjang 1,1 km.
sumber ;http://finance.detik.com/read/2016/03/10/070247/3161276/4/penampakan-terbaru-jalan-tol-akses-tanjung-priok?f9911013